02 Januari 2014

LED, Lampu Masa Depan PJU


Tulisan ini berawal saat saya mempelajari Penerangan Jalan Umum (PJU) di Kabupaten Jember yang mempunyai tagihan rekening oleh PLN Kabupaten Jember telah mendekati 3 milyar per bulan! Perlu diketahui bahwa lampu PJU di Jember menggunakah HPS (High Pressure Sodium) 70Watt untuk jalan desa (3m), 150Watt untuk jalan kabupaten, dan 250W untuk jalan raya/propinsi. Namun ini tidak termasuk lampu alun-alun dan lampu hias. Terkait dengan ini, saya merasa turut mempunyai beban pikiran tentang bagaimana bisa mereduksi tagihan rekening PLN yang semakin membengkak berdasarkan teknologi mutakhir yang ada pada saat ini. Banyangkan jika kita dapat menghemat pemakaian listrik perbulan 1 milyar saja (apalagi lebih tentunya) dan kemudian uang ini kita gunakan untuk membangun infrastruktur untuk kesejahteraan rakyat, tentu akan sangat  bermanfaat.
Perlu saya informasikan bahwa landasan tulisan ini juga berasal dari studi-studi tentang penggunaan lampu LED dibandingkan dengan lampu konvensional berdasarkan arahan dari Dik Google. Ini hanya bahan pemikiran saya saja yang tidak saya uji di lapangan mengingat  tidak cukupnya dana penelitian dan/atau waktunya, walaupun sebenarnya saya ingin sekali melakukan pengujian.  Karena itu kritik dan saran tetap saya terima dan apresiasi untuk ke depan lebih baik dari pengetahuan saya yang terbatas ini.
Pendahuluan
Sebagai seorang yang agak tahu tentang listrik,  saya paham bahwa lampu LED mempunyai efisiensi daya yang lumayan tinggi. Dari pengalaman praktek, saya hamper tidak pernah menemui lampu LED mati karena umur/kelamaan nyala. Yang saya temui kalau umur LED sudah sangat tua, ia hanya akan sedikit redup dan tidak langsung padam.
 Dari hasil surfing dari situs-situs independen tentang riset mengenai LED yang saya lakukan dan saya akui menjadi suatu fakta, terdapat beberapa keuntungan saat kita menggunakan lampu LED daripada lampu HPS yang saat ini “tren” antara lain:
1)    Konsumsi energy yang sangat kecil, sehingga menyebabkan tagihan listrik berkurang serta kontaktor (relay) timer menjadi lebih awet. Konsumsi ini  berdasarkan efisiensi sistem yang diukur dengan banyaknya lumen efektif yang mencapai area tersinari, perbandingan dengan lampu konvensional HPS dapat dijelaskan sebagai berikut:
-       HPS :       efisiensi sumber secara cahaya secara khusus 120 lumen/watt atau lebih tinggi. Namun perlu diperhatikan bahwa intensitas ini menyebar ke semua sudut 360 derajat. Dengan demikian agar efektif, sebuah lampu HPS memerlukan reflector agar mampu mengumpulkan cahaya yang tersebar tadi. Kendatipun demikian, masih ada kerugian cahaya yang terjebak, penutup pelindung, rugi ballast, dan temperature yang tidak diinginkan menyebabkan efisiensi sistem yang terukur cuma sekitar 30 lumen/watt.
-       LED : Efisiensi sumber cahaya bisa mencapai 100 lumen/watt atau lebih tinggi, tergantung jenis dan merk LED yang digunakan. Tidak ada kerugian akibat cahaya liar karena sinar LED yang focus, lensa optic dan tutup pelindung biasanya mengurangi cahaya hanya sekitar 25% atau kurang. Driver LED
2)   Pemakaian tahan lama sampai 50.000-100.000  jam dibandingkan dengan HPS yang “hanya” 6500 jam, sehingga tentu saja dapat menghemat sumber daya untuk pemeliharaan,
3)   Warna yang putih tidak mendistorsi warna yang disinarinya, sedangkan HPS cenderung berwarna kuning.
4)   Bentuknya lebih kecil dan ringan, tidak bersuara, dan tidak menggunakan gas (ramah lingkungan)
5)   Keefisienan sistem. Sinar yang lebih terfokus pada area target sehingga dapat menghindari polusi cahaya, karena hanya menempatkan cahaya persis di mana diperlukan, sedangkan HPS memerlukan reflector agar dapat meminimalisir cahaya yang terbuang.
6)   Klik langsung nyala, tidak seperti HPS yang membutuhkan waktu untuk nyala normal
7)   SSL (Solid State Linght), karena sifatnya yang  padat, menyebabkannya lebih tahan terhadap benturan dan goncangan,

Permasalahan
Di atas saya telah memaparkah keuntungan penggunaan lampu LED dan sebagian besar konsumen yang mengerti pasti mengakui akan keunggulan ini, namun tetap terdapat sebuah persoalan mendasar dan klasik, yaitu: harga lampu PJU  LED sangat mahal. Saya telah membuktikan sendiri dengan melakukan survey harga PJU LED dan memang harganya masih di kisaran Rp. 6.500.000,00 untuk LED tunggal dengan daya 100 watt-an!.
Namun demikian di sisi lain, perlu juga diketahui sebuah fakta lapangan bahwa saat ini telah beredar lampu LED merk P*ilips daya 10 watt-an dengan harga “anjlok” sekitar Rp. 50.000,00. Perlu juga kiranya kita melihat harga sebuah senter lampu LED yang bervariasi, namun ada pemilahan harga yang pasti: senter LED tunggal jauh lebih mahal dari pada lampu LED kecil walaupun banyak yang tentu saja menghasilkan cahaya dengan lumen yang setara.
Dari kenyataan harga lapangan di atas dapat dianalisis bahwa harga LED daya besar mempunyai harga jauh di atas banyak lampu LED daya kecil. Saya tidak tahu apakah ini karena biaya produksi yang memang tinggi, demand  pasar yang banyak, ataupun permainan para produsen untuk meraup untung yang banyak dari kondisi ini. Namun saya berpikir, mengapa kita tidak mengambil keuntungan dari harga LED kecil yang murah namun digabungkan menjadi satu untuk memperoleh lumen yang setara? Nah, inilah yang sebenarnya saya maksudkan lewat tulisan kali ini.
Belajar dari trik untuk memperoleh lumen yang besar dengan menggabungkan lumen LED kecil seperti halnya yang telah diterapkan pada lampu senter, saya menelusuri dunia nyata dan dunia maya lewat Dik Google (Google terlahir setelah saya loh) terkait dengan sebuah piranti untuk melipatgandakan lumen dari LED daya kecil (220V) agar mempunyai lumen setara dengan LED daya besar. Saya mencari dengan kata kunci “Fitting Multiplier”, “Multi Fitting Adapter”, ”Fitting Spreader”, namun memang produk ini sepertinya belum  pernah ada di pasaran.
Penjelasan  :  Multi Fitting Adapter yang saya maksud di atas adalah sebuah alat tambahan yang sesuai untuk dipasang pada sebuah fitting lampu konvensional saat ini yang mana dari sini kemudian dihubungkan ke dua, tiga, atau beberapa fitting lain secara paralel untuk kemudian masing-masingnya dipasang lampu LED. Harapan dari penggunaan beberapa lampu LED ini tentu saja untuk memenuhi kebutuhan lumen sebuah lampu LED daya besar yang harganya sangat mahal. Bayangkan jika tiga buah lampu LED 25watt seharga 3xRp.100.000,00 mempunyai lumen yang sama dengan sebuah lampu LED PJU 75watt seharga Rp.5.000.000,00, berapa penghematan yang bisa dilakukan?
Kesimpulan dan Solusi
Bertolak dari permasalahan di atas, saya sangat merekomendasikan pada para pemerintah kabupaten, kota, dan propinsi yang berwenang dalam menangani Penerangan  Jalan Umum ini agar:
1.      Dalam jangka panjang agar melakukan kajian akan alternatif penggunaan lampu LED sebagai lampu masa depan mengingat keefisienan dan beberapa keuntungan yang saya sebutkan di atas untuk menggantikan lampu konvensional. Ingat, beberapa kota besar di dunia saat ini telah mengganti semua lampu PJU dengan lampu LED dan terbukti dapat menghemat biaya tagihan bulanan (silakan survey Dik Google). Jangan pula lupa bahwa saat ini harga lampu LED saat ini seiring kecanggihan teknologi cenderung mengalami penurunan harga dari sebelumnya.
2.     Dalam jangka pendek (sekaligus jangka panjang), solusi yang dapat saya tawarkan adalah dengan membuat semacam multi  fitting adapter khusus untuk lampu LED yang bentuknya disesuaikan dengan rumah lampu/reflector yang ada pada saat ini (HPS atau mercury) sehingga tidak perlu ada pengadaan baru untuk rumah lampu LED (menghemat belanja). Saya yakin dengan pengadaan besar-besaran akan sangat menghemat pengadaannya, apalagi kalau semuanya bekerja sama. 
3. Harga driver LED yang relatif mahal dapat diantisipasi dengan penggunaan regulator switching daya besar yang dapat mensuplai beberapa titik lampu LED sekaligus atau menggunakan sebuah regulator untuk meyuplai daya beberapa atau banyak LED.  Bukankah driver pada hakekatnya hanya sebuah regulator? Lihat postingan saya di https://lukmannet.blogspot.co.id/2014/01/led-lampu-masa-depan-pju.html

Saran ke Depan
LED tergolong lampu yang dapat diredupkan tanpa adanya perubahan mencolok terhadap intensitas cahaya jika dilihat dengan mata telanjang. Kalau tidak percaya,  cobalah lakukan peredupan berdasarkan daya (P)  yang masuk, mulai dari 100% sampai 70%. 
Hal ini akan sangat memberi efek penghematan yang menurut saya cukup signifikan,  sebagai contoh tagihan